Inspirasi Untuk Wanita Indonesia

KISAH SEJATI MITHA”THE VIRGIN”

“PAPA,MENGAPA MENINGGALKAN KAMI ?”
Kepada tabloid Wanita Indonesia,Mitha bercerita tentang masa kecilnya yang sulit,hingga ia hidup dan menemukan kehidupan,dengan caranya sendiri,menemukan versi kedewasaannya dirinya sendiri. Berikut ini penuturan Mita selengkapnya.

SEBELUM GABUNG DENGAN AHMAD DHANI
Sejak kecil,aku sudah menjadi pelindung keluarga, karena,dirumah tak ada sosok pria yang benar. Sampai sekarang,aku tak pernah tahu yang namanya bapak. Karena begitu lahir,aku langsung diungsikan ke Bangka,sementara mamaku (Emmy Sofyana) di Jakarta. Waktu aku ke Jakarta lagi,mama sudah menikah dengan papa adikku. Ternyata,kehidupannya tidak bagus juga,karena papa adikku itu pengangguran. Walaupun ada dia,kehidupan keluarga sama saja,karena ekonomi bergantung pada mama.
Ketika aku beranjak SMA,sedikit demi sedikit aku membantu mama. Dari SMP,aku sudah ngeband,dan SMA sudah menghasilkan uang dari manggung dari kafe atau hadiah lomba. Alhamdullilah,aku sudah tidak pernah lagi minta uang sama mama setelah bergabung di RCM (Republik Cinta Management-milik Ahmad Dhani),aku tidak memperbolehkan mama bekerja.
Lewat grub The Virgin,aku menjadi terkenal dan sukses, Ini bukan impianku. Ini anugrah terindah yang diberikan Tuhan. Di usia 23 tahun ini,aku dapat membeli apa pun yang kuinginkan,termasuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dulu,dapat uang Rp1 juta saja susahnya minta ampun. Sekarang,aku bisa beli baju untuk manggung yang harganya Rp1 juta. Syukur Alhamdulillah,semua ini tak pernah Aku duga sama sekali.
Sebelum aku bergabung di RCM,mamaku terjatuh,dan membuat sendi ditangan kirinya terlepas dan tidak bisa bergerak. Waktu itu aku berhenti ngeband,lalu fokus dikantor (biro jasa yang mengurus perpanjangan STNK,SIM,BPKB) dan mengurus mama. Begitu mama agak sehat,tiba – tiba aku ditelpon mas Wawan,bassis Maha Dewi,dari situlah terbuka jalan hidupku yang seperti sekarang ini.
membiayai 3 anaknya,tidak dibantu siapa – siapa. Alhamdullilah 2 anaknya sudah lulus,sekarang tinggal adikku yang bungsu yang menyelesaikan sekolahnya,aku yang menanganinya. Selama 20 tahun itu mama bekerja sendirian,padahal umurnya sudah tidak muda lagi,50 tahun. Mungkin,sudah jalan dri Tuhan, ketika mama sakit,gentian aku yang bekerja.
‘AKU INI PEREMPUAN’
Kasihan mama,papa meninggalkannya begitu saja. Aku tak mengenal siapa ayah kandungku. Meski ia meninggalkan kami,aku tak menyimpan dendam dihati ini. Bagaimana mau dendam,ketemu saja tak pernah. Aku sangat kecewa padanya. Mungkin,ia punya pemikiran lain mengapa meninggalkan kami.
Andai dia tahu anaknya seperti ini,pasti ia menyesal meninggalkanku dan mama. Aku tidak tahu dia masih hidup atau tidak,tapi aku yakin ia pasti sangat menyesal meninggalkan keluarganya. Menurutku,kurang apa sih mama? Cantik,bisa cari uang,dan sekarang punya anak yang kayak gini. Ya,mungkin ia punya pemikiran yang berbeda,kejadiannya sudah lama 23 tahun yang lalu (Mitha menggangkat kedua bahunya).
Aku tak mau mencari ayah kandungku. Biar saja. Untuk apa dicari,kalaupun dia muncul,aku Cuma mau melihat mukanya dari ujung kaki sampai kepala,abis itu aku tinggalkan deh. Aku juga mau tahu siapa namanya,supaya kalau aku meninggal ada tulisan binti siapa. Jujur,aku tak tahu nama ayahku. Aku pernah bertanya tentang ayahku itu,tapi dia diam saja,langsung menangis. Aku tidak mau membuat mama menangis. Aku tidak akan bertanya tentang ayahku lagi. Biarkan saja suatu saat nanti pasti ada jawabannya. Wallahualam,
Latar belakang semacam itu menempaku seperti ini,terbentuklah fisikku yang seperti pria dan batin yang selalu ingin melindungi orang yang dicintai dan disayangi. Karena sejak kecil aku sudah mempunyai tanggung jawab untuk melindungi mama dan kedua adikku. Aku jadi tomboi. Sebetulnya aku seperti mama,dia tomboy banget. Banyak yang bilang mama itu polwan,soalnya rambutnya pendek,mukanya sangar,dan badannya gemuk. Kalau fisik dan jiwaku yang jadi pelindung, mungkin memang bawaan dari keluarga. Aku punya adik yang terpaut cukup jauh, yakni 8 tahun, jadi aku melindungi dia banget. Apalagi,aku anak pertama,otomatis menjadi panutan adik – adik. Tapi,aku tetap perempuan.
Aku hanyalah Mita, seorang perempuan yang menjadi pelindung dan tulang punggung keluarga. Disisi lain aku seperti perempuan lain,yang mellow,cengeng,takut setan,takut cacing. Tapi,kalau menyangkut urusan hidup,aku berubah jadi Mita yang tegar.
Aku nggak minder. Aku cuek dan santai banget. Kalau ada yang Tanya,aku jawab apa adanya,sesuai keadaannya. Orang mau menggangap aku apa,aku tak peduli. Yang penting didunia ini hanya mama dan kedua adikku. Yang lain nggak penting.

'BELAJAR DARI PENGALAMAN MAMA'
Mama adalah orang yang paling berjasa dan sumber kekuatan bagiku dalam menjalani hidup. Apa pun yang aku lakukan sekarang ini,semuanya untuk mama. Banyak pelajaran berharga yang kuambil dari mama,salah satunya adalah : sebagai perempuan,jangan mau bergantung pada pria.
Biar bagaimanapun,pria memang akan memimpin dan imam dalam keluarga kita,tapi tetap saja perempuan harus mempunyai pegangan untuk diri sendiri. Minimal harus mempunyai pendidikan yang bagus,supaya jangan diremehkan oleh pria. Begitu juga dengan harta,sebisa mungkin harus punya harta pribadi,supaya kalau ada pria yang jahat,aku tetap bias menjalani hidup ini tanpa kehadiran pria. Kalau mama,dulunya sangat bergantung,dan waktu ditinggal langsung kelabakkan. Sekarang dia jadi kuat dan tegar dalam menjalani hidup ini,tidak bergantung lagi pada pria,apalagi setelah dapat pria yang ternyata sama pemalasnya dengan papaku yang dulu.
Perjuangan mama penuh lika – liku,itu tidak membuatku bersedih. Justru,aku bangga mempunyai mama yang kuat menjalani hidup ini. Mama menjadi panutan,agar aku selalu mempunyai semangat seperti beliau. Mama itu kuat benget,selama 20 tahun membiayai 3 anaknya sendirian,bekerja dari pagi sampai malam. Mungkin,waktu SD dan SMP aku belum terlalu mengerti,tapi setelah SMA dan terjun langsung menjadi mama dalam tanda kutip,aku baru merasakan beratnya menjadi seorang ibu yang juga tulang punggung keluarga. Naik bus dari Tangerang ke Jakarta,Bogor,Bekasi,Bandung. Semua Samsat di JABODETABEK diambil semua sama mama. Ikut mama ke lantai 1,2,3,4,turun ke lantai satu,naik lagi ke lantai 4,wah,capeknya luar biasa. Itulah mama,niat untuk keluarga sangat kuat,sehingga aku bangga mempunyai mama yang seperti itu. (selama wawancara,Mita terlihat sangat tegar dan kuat menceritakan pengalaman hidupnya. Tidak ada air mata yang menetes dipipinya)
Hahaha…(tertawa getir) kalau ngobrol sama mama,lebih kuat lagi,mama itu cerita hidupnya lebih parah. Aku saja yang suka mendengar ceritanya suka bilang,”Ya Allah,begini banget ya mama dulu?” mama bilang,waktu SD bibirku pernag dipukul sampai jontor dan berdarah oleh papa tiriku. Almarhumah nenek juga pernah bilang kalau aku pernah ditonjok,disiram dikamar mandi dan dikunci dari luar. Jujur,aku tak pernah menangisi kehidupanku yang pahit ini,malah membuatku tambah kuat. Tapi,malah hal – hal yang tak penting malah suka bikin aku nangis. Kebalikkannya deh,hahaha…
Aku belum pernah menangis karena pria,karena ada tembok china dihatiku.
Bisa dibilang ada sedikit trauma,tapi tidak kujadikan beban. Ada kabut yang sedikit membentengi perasaan ini dari pria. Kalau menemukan sedikit pun cacat tentang pria itu,misalkan tentang prinsip hidup,aku pasti nggak mau.

"TIDAK SEMUA PRIA ITU BAJINGAN"
Tidak semua pria itu bajingan. Kalau melihat kehidupan mama,mungkin memang jalannya harus seperti itu,tapi aku tidak menghakimi semua pria itu sama. Aku yakin,ada pria baik,tidak semua bajingan,tergantung bagaimana kitanya. Paling tidak,dengan melihat kehidupan yang dijalani mama,ada benteng untuk diriku sendiri kalau nanti misalnya dekat atau ada niat dengan pria mesti hati – hati. Paling tidak,aku harus punya harta pribadi sebelum diinjak – injak pria. Aku ada pegangan sendiri,harus selalu maju dan berusaha. Harus menjadi wanita karir,tidak bisa disepelekan begitu saja oleh pria. Kalau ada yang menerima aku apa adanya,ayo aja. Kalau tidak,ya mengalir aja. Sekarang,tujuan utamaku adalah membahagiakan mama dan kedua adikku.
Aku tidak tahu siapa ayahku,punya ayah tiri yang tidak benar,dan pernah dikecewakan pacar. Aku 3 kali pacaran,dan hubungan itu tidak ada yang benar. Yang paling parah itu yang terakhir,saat ada seorang pria,vokalis band,yang melakukan pendekatan padaku. Seiring berjalannya waktu,bukannya bertanya apakah aku mau menjadi kekasihnya atau tidak,pria itu malah berterus terang dirinya telah memiliki seorang istri. Dia selalu curhat tentang istrinya dan sampai sekarang masih sama istrinya itu. Aku merasa dibohongi,dan samapi sekarang aku belum memiliki kekasih. Semua itu tidak membuatku trauma terhadap pria.
Menurutku,tidak semua pria jahat seperti suami – suami mama. Mungkin,itu jalannya mama. Mungkin,memang dari sananya mama harus sendiri,menjadi wanita karir yang benar – benar kuat menjalani semuanya sendiri.
Dalam menentukan pendamping hidupku kelak,aku tidak mau salah langkah. Karenanya,aku mempunyai banyak kriteria bagi calon kekasih dan suami. Aku tak mau mempunyai pacar yang terlalu meremehkan perempuan,nggak bisa memimpin,nggak bisa cari uang. Belajar dari pengalaman mama,aku nggak sembarangan pilih pacar,apalagi pendamping hidup. Jujur,aku kagum sama mas Dhani karena dia bisa menjadi pemimpin,menjadi ayah yang baik bagi anak – anaknya,bisa mencari uang dan pengetahuan agamanya luas. Nah,pria itu harus seperti itu. Jangan lembek,dan jangan bergantung sama perempuan.
Untuk pendamping hidup,aku tak mau asal pilih. Aku pilih yang terbaik,dan jangan asal – asalan karena itu untuk seumur hidup. Sebisa mungkin,aku mau menikah cukup sekali. Tapi,jodoh tak ada yang tahu. Ya,sebisa mungkin aku cari jodoh yang sehidup semati,dan itu harus benar – benar cari yang untuk dunia dan akhiratnya bagus.

‘JIKA AKU MENIKAH’
Mama sering bertanya kapan aku punya pacar dan mengenalkannya pada keluarga. Aku bilang,”Ma,Mita itu bukannya nggak mau pacaran sama pria,tapi lagi nggak pengin dan belum ada yang cocok,”. Dia bilang,”Bagaimana mau dapat pria,kalau dandanan kamu saja kayak pria?”. Aku jawab,”Tipe idaman tiap pria kan beda – beda. Santai ajalah,ma.”. aku sih yakin,pastiada pria yang bisa terima aku apa adanya. Sebagai perempuan,aku masih mempunyai keinginan untuk menikah,mempunyai anak dan mengurus keluarga. Targetku,menikah saat umur 27 tahun.
Seandainya menikah,aku ingin mendapat suami yang bisa terima aku apa adanya. Bisa menerima latar belakangku,sisi baik dan burukku. Sebelum menikah,aku harus tahu semuanya. Aku nggak mau hidup dalam kebohongan,karena aku tak suka dibohongi dan tak mau bohongi orang. Jadi,saat ada pria yang mengajakku menikah,dia harus tahu semua kejelekkan dan kebagusanku. Kalau dia bisa menerima aku apa adanya,beru deh kita menjalani hubungan. Aku ingin punya suami yang seimbang antara akhirat dan duniawi. Bandel didunia boleh,tapi dia herus menjadi imam di keluarga untuk bisa membawa anak istrinya ke surga. Harus kuat imannya.
Setelah menikah,aku akan berhenti berkarir dan fokus urusan rumah tangga. Makanya,sekarang aku tidak buru – buru nikah karena mau cari uang banyak,terutama untuk mama dan adik – adik. Kalau perlu,aku ingin melihat mereka sukses dan menikah,baru deh aku memikirkan hidupku sendiri. Aku tak takut dilangkahi,kan dapat uang pelangkah. Hahaha…
Aku punya pemikiran,yang kayaknya nggak mungkin. Tapi,ada segelintir di otakku ini kalau sudah menikah nanti,aku ingin memakai jilbab. Tapi,tidak tahu bakalan terwujud atau nggak,sekarang bentukku saja kayak begini. Ketika memakai jilbab,aku ingin sudah siap hati ini.


--------------------------------TAMAT------------------------------------

















  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar